
Dalam waktu akrab akan diluncurkan GERMAS (Gerakan Masyarakat Sehat) suatu gerakan bersama yang didukung oleh semua sektor semoga masyarakat berperilaku sehat. Kesehatan memang banyak bergantung pada sikap manusianya, kalau berperilaku sehat, tentu akan lebih sehat dibanding yang berperilaku tidak sehat. Berikut disampaikan 3 data yang berkaitan dengan perilaku sehat.
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik itu sangat penting untuk kesehatan. Badan yang terlatih fisiknya akan menciptakan jantung terlatih menghadapi beban berat, sehingga bila suatu ketika jantung harus memompa darah lebih besar lengan berkuasa, jangtung kita sudah terbiasa melakukannya, dan tidak terjadi payah jantung. Organ lainnya mengalami hal serupa, makin teratur dilatih, makin anggun kinerjanya. Sayangnya, sekitar seperempat rakyat Indonesia memiliki kegiatan fisik yang kurang dibandingkan standar, seperti tampak pada tabel berikut.
Tabel 1. Proporsi Aktivitas fisik kurang penduduk ≥ 10 tahun berdasarkan provinsi, 2013
Sumber: Riskesdas 2013
Mari berolah raga, mari banyak jalan aatau bersepeda, biar acara fisik kita menjadi lebih baik. Inilah pentingnya setiap Pemerintah Daerah memnyediakan banyak ruang terbuka, lapangan olah raga, penyelenggaraan car free day, pembuatan jalur khusus sepeda, supaya masyarakat mendapat akomodasi yang layak untuk berolah raga.
Makan Buah dan Sayur
Indonesia kaya akan buah-buahan dan sayur-sayuran. Anehnya, sembilan dari 10 orang Indonesia kurang makan sayur dan buah jikalau dibandingkan dengan standar. Ini datanya.
Tabel 2. Proporsi penduduk ≥ 10 tahun yang kurang konsumsi sayur-buah berdasarkan provinsi 2007-2013
Sumber: Riskesdas 2007, 2013
Ayo tingkatkan makan sayur dan buah. Tanam singkong di halaman, sehingga setiap saat bisa memetik daun singkong untuk sayur. Tanam pisang yang sangat mudah tumbuh walau tanpa perawatan, buahnya sangat cantik untuk melengkapi hidangan masakan kita.
Hentikan Merokok
Rokok sudah terbukti banyak mudaratnya dibanding keuntungannya. Akan tetapi kampanye untuk berperilaku tidak merokok masih kalah dengan iklan rokok, terbukti selama 5 tahun terakhir (2007 – 2013) tidak ada perubahan yang berarti terhadap proporsi penduduk yang mengkonsumsi tembakau (baik yang menghisap maupun mengunyah), seperti tabel berikut.
Tabel 3. Kecenderungan proporsi penduduk ≥ 15 tahun yang mengkonsumsi tembakau hisap & kunyah menurut Provinsi 2007-2013
Sumber: Riskesdas 2007, 2010, 2013
Kali ini disampaikan pula hubungan antara orang renta yang merokok dengan anak stunting (pendek). Analisis data Riskesdas 2010 menawarkan bahwa ada hubungan antara kepala rumah tangga yang merokok dengan proporsi anak stunting (pendek), dan relasi ini konsisten pada semua kelompok ekonomi, baik yang kaya maupun yang miskin
Tabel 4. Hubungan antara prevalensi stunting dengan kebiaaan merokok kepala rumah tangga menurut status ekonomi
Sumber: Trihono, dkk (2015), Pendek (stunting) di Indonesia, masalah dan solusinya
Wahai para kepala rumah tangga, apakah anda sayang anak? Bila sayang anak, berhentikan rokok, jangan sampai kebiasaan merokok anda menciptakan anak cucu anda menjadi pendek.
Inginkah generasi penerus Indonesia berbadan pendek? Jika tidak ingin generasi penerus makin pendek, teruskan gerakan untuk berhenti merokok, makin banyak yang tidak merokok, makin bagus generasi penerus kita.